Medan, 15 Oktober 2025 – Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Medan berhasil menggelar The 7th International Conference on Educational Science in Industry Era 5.0 (ICONSEIR) 2025 dengan tema “Navigating the Future of Education: Building Excellent Character Based on Local Wisdom and Global Technology.” Konferensi internasional ini menjadi ajang prestisius bagi para akademisi, peneliti, serta praktisi pendidikan dari berbagai negara untuk mendiskusikan arah baru pendidikan yang berkarakter, inovatif, dan berlandaskan nilai budaya di tengah derasnya perkembangan teknologi global. Kegiatan dilaksanakan secara hybrid, yaitu daring melalui Zoom Meeting dan luring di Emerald Garden International Hotel, Medan, Sumatera Utara, pada tanggal 15 Oktober 2025.

Acara ini menghadirkan pembicara ternama dari dalam dan luar negeri, di antaranya Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd (Universitas Negeri Medan), Dr. Julie Lindsay dan Assoc. Prof. Lisa Jacka (University of Southern Queensland, Australia), Dr. Fatiha Senom (University of Malaya, Malaysia), serta Dr. Retno Larasati (Knowledge Media Institute, The Open University, United Kingdom). Para narasumber tersebut menyampaikan beragam perspektif global mengenai transformasi pendidikan di era 5.0 yang menekankan pentingnya kolaborasi antara teknologi, nilai-nilai kemanusiaan, dan kearifan lokal.
Ketua Panitia ICONSEIR 2025, Dr. Halimatussakdiah, S.Pd., M.Hum, melaporkan bahwa kegiatan ini diikuti oleh 651 peserta yang terdiri atas 63 author (pemakalah), 14 co-author, 82 mahasiswa program magister dan doktor, serta 492 mahasiswa program sarjana. Para pemakalah mempresentasikan hasil penelitian dengan berbagai topik penting, seperti pendidikan, teknologi pembelajaran, penguatan karakter, dan kearifan lokal. Lebih lanjut, Dr. Halimatussakdiah menjelaskan bahwa peserta berasal dari berbagai perguruan tinggi nasional maupun internasional, menunjukkan antusiasme dan kepedulian yang tinggi terhadap pengembangan ilmu pendidikan di era digital. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya konferensi ini dengan lancar. “ICONSEIR bukan hanya forum akademik, tetapi juga ruang kolaborasi yang mempertemukan ide dan riset lintas negara. Melalui konferensi ini, diharapkan lahir inovasi serta sinergi baru dalam dunia pendidikan yang memadukan nilai budaya lokal dengan kemajuan teknologi global,” ujarnya dengan penuh semangat.
Dalam pemaparannya, Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd menegaskan pentingnya local wisdom sebagai landasan pembentukan karakter unggul di tengah kemajuan teknologi global. Ia menjelaskan bahwa kearifan lokal merupakan sumber nilai moral yang perlu diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan agar peserta didik tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter kuat. “Kemajuan teknologi seharusnya menjadi sarana untuk memperkuat budaya dan nilai kemanusiaan, bukan sebaliknya,” tegasnya.
Sementara itu, Dr. Julie Lindsay dan Assoc. Prof. Lisa Jacka dari University of Southern Queensland membahas pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dalam dunia pendidikan. Mereka menyoroti potensi AI sebagai mitra strategis bagi guru dalam menciptakan pembelajaran yang adaptif dan personal untuk setiap siswa. Keduanya juga menekankan pentingnya etika serta kebijaksanaan dalam penerapan AI agar teknologi ini tidak menggantikan peran manusia, tetapi justru memperkaya pengalaman belajar yang lebih humanis dan inklusif.
Selanjutnya, Dr. Fatiha Senom dari University of Malaya mengulas konsep digital pedagogy, yakni pendekatan pedagogis yang secara efektif mengintegrasikan teknologi digital dalam proses belajar-mengajar. Ia menekankan bahwa guru masa kini harus memiliki literasi digital yang mumpuni untuk memanfaatkan teknologi dalam memperkuat interaksi, kolaborasi, serta keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Dr. Fatiha menambahkan bahwa digital pedagogy tidak hanya berfokus pada penggunaan alat digital, tetapi juga pada pengembangan otonomi dan keaslian (authenticity) siswa dalam lingkungan belajar berbasis digital. Menurutnya, pendidikan berbasis teknologi harus tetap menjadikan guru sebagai fasilitator nilai dan karakter, sehingga transformasi digital tetap berakar pada kemanusiaan dan moralitas.
Dari Inggris, Dr. Retno Larasati dari The Open University mempresentasikan materi berjudul “Ethics in AI Education.” Dalam paparan tersebut, beliau menegaskan pentingnya penerapan prinsip etika dalam pengembangan serta pemanfaatan AI di bidang pendidikan. Sebagai pakar dalam software development dan kecerdasan buatan, Dr. Retno menyoroti bahwa kemajuan teknologi perlu diimbangi dengan kesadaran moral, tanggung jawab sosial, serta literasi digital yang kuat. Ia menegaskan bahwa pemahaman etika dalam penggunaan AI menjadi fondasi penting untuk membentuk generasi yang tidak hanya mahir secara teknologi, tetapi juga memiliki integritas dan empati dalam menghadapi tantangan global abad ke-21.
Rektor Universitas Negeri Medan, Prof. Dr. Baharuddin, ST., M.Pd, turut hadir dan menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya konferensi tersebut. Beliau menilai bahwa ICONSEIR 2025 merupakan tonggak penting bagi UNIMED dalam memperkuat kolaborasi akademik internasional. “Konferensi ini menjadi momentum bagi kita untuk menavigasi masa depan pendidikan yang berkarakter unggul, berpijak pada nilai-nilai lokal, serta terbuka terhadap inovasi global,” ujarnya.
Kegiatan ICONSEIR 2025 juga dihadiri oleh Ketua dan Sekretaris Senat Universitas Negeri Medan, para Dekan dan Wakil Dekan Fakultas di lingkungan UNIMED, serta Direktur dan Wakil Direktur Sekolah Pascasarjana. Kehadiran para pimpinan universitas menunjukkan dukungan penuh terhadap langkah Fakultas Ilmu Pendidikan dalam memperluas jejaring internasional dan memperkuat posisi UNIMED di kancah global. Melalui penyelenggaraan ICONSEIR 2025, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan menegaskan komitmennya sebagai pelopor dalam mengintegrasikan kearifan lokal dan teknologi global guna mencetak generasi yang unggul, berkarakter, serta siap menghadapi tantangan masa depan pendidikan dunia. Konferensi ini juga menjadi langkah strategis menuju terwujudnya Generasi Emas 2045 — generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berdaya saing global, berintegritas, dan berakar kuat pada nilai-nilai budaya bangsa. Melalui kolaborasi internasional dan pertukaran gagasan lintas disiplin, FIP UNIMED terus berupaya memperkuat ekosistem pendidikan yang berkelanjutan dan berorientasi pada masa depan.